Guru Boleh Lupa, Murid Tidak!
Guru Boleh Lupa, Murid Tidak!
Seorang guru boleh lupa akan muridnya, tetapi murid tidak akan lupa terhadap gurunya". Begitu kira-kira maqolah turun-temurun yang tidak tertulis yang menggambarkan tentang relasi antara seorang guru dengan muridnya.
Sebagai gambaran, saya menjadi guru tahun 2001 ketika saya belum lulus kuliah dan sudah mengampu di salah satu Madrasah Tsanawiyah lokasi yayasan pondok pesantren saya di Malang. Bila dihitung, kemungkinan murid saya sudah mencapai ratusan bahkan sampai ribuan yang saya tidak ingat satu persatu nama murid-murid saya.
Barangkali murid saya Meskipun tidak semuanya mempelajari kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji yang menuliskan syarat-syarat mencari ilmu menurut Imam Syafi’i dari Imam Ali bin Abi Thalib ada 6
الا لا تنال العلم الا بستة سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطباروبلغة وارشاد استاذ وطول زمان
ذكاء وحرص واصطباروبلغة وارشاد استاذ وطول زمان
Ingatlah, tidak akan mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6 (enam) syarat, yaitu cerdas,semangat, sabar, biaya,petunjuk ustadz, dan "loba".
Keenam syarat diatas barang kali saya agak apriori dengan saraf yang kelima Irsyadi ustadzin (ada petunjuk dari guru atau guru yang cerdas). Barangkali murid-murid saya menganggap saya sebagai guru yang cerdas yang bisa memberikan petunjuk ketika mereka sekolah dulu. Padahal, saya termasuk guru yang biasa-biasa saja bila dibandingkan dengan guru-guru yang lain yang punya banyak prestasi banyak gelar atau titel.
Bagi saya, seorang guru akan senang bila muridnya berkunjung ke rumah setelah lama lulus dari sekolahnya. Hal inilah yang seharusnya dilakukan oleh para murid kelak ketika mereka sudah dewasa, masih tetap ingat guru-gurunya yang pernah mengajarkan ilmu pengetahuan kepadanya.
Bagi saya yang pernah memiliki ribuan murid, tentu lupa akan karakter, nama, alamat, dan siapa orang tuanya yang dulu pernah saya ingat ketika saya masih menjadi gurunya secara langsung.
Tugas seorang murid adalah mengingatkan ke gurunya, sehingga seorang guru akan mengingat kembali dan bernostalgia bersama ketika masih terjadi proses interaksi secara langsung antara guru dan murid. Seorang murid boleh saja untuk membuka lembaran-lembaran Indah masa lalu menceritakan tentang tentang kenakalan, kepandaian, dan hal-hal khusus yang mengingatkan gurunya akan masa lalu muridnya.
Lebaran tahun ini beberapa murid saya datang dan bersilaturahim di rumah. Ada yang menceritakan tentang sekolahnya, ada yang menceritakan tentang kuliahnya, dan ada pula yang menceritakan tentang hafalan Al Qurannya yang sudah hafal 8 juz.
Bahkan murid-murid saya yang jauh dari lokasi tempat tinggal saya sekarang ini, mengirim SMS, WhatsApp dan bahkan mengirim inbox di facebook untuk sekedar mengucapkan mohon maaf dan menyambung tali silaturahim.
Biasanya murid-murid yang melakukan hal demikian, baik yang datang ke rumah maupun yang mengirim ucapan secara tidak langsung akan terus saya ingat, sehingga maqolah "seorang guru boleh lupa akan muridnya, tetapi murid tidak akan lupa terhadap gurunya" lama kelamaam akan terkikis. Alhasil, tidak hanya seorang muridnya saja yang ingat gurunya, tetapi seorang guru akan senantiasa Ingat siapa murid-muridnya.
Mari para muridku, bersilaturahim ke rumah gurumu, karena pintu rumah gurumu akan senantiasa terbuka untuk kalian murid-muridku...
Darmansyah, S.Pd.I kabupaten aceh timur provinsi aceh
No comments: